Selasa, 10 Agustus 2010

Syaikh Muhammad Al-Ghozali : Penulis Kitab Al-Qur'an wa Lailatul Qodr

Kemarin alif diberi kitab fotokopian "Al-Qur'an wa Lailatul Qodr" guna dibacakan di hadapan teman-teman santri di malam harinya hari-hari bulan Ramadhan tahun ini, tadinya saya mengira kitab itu karangan ulama salaf Imam Al-Ghozali. Namun setelah beberapa menit mencermati kitab tersebut, ternyata pengarangnya tertulis "Syaikh Muhammad Al-Ghozali". Sepintas lalu saya teringat dan menduga beliau adalah ulama kontemporer terkenal Syaikh Muhammad Al-Ghozali, dan dugaan ini diperkuat oleh kenyataan bahwa kitab itu adalah hasil print copy digital dari ebook www.al-mostafa.com. Semoga Panitia Ramadhan tidak salah memilih kitab, bukan salah mengira ini kitab karangan filosuf islam terbesar Imam Al-Ghozali, si pengarang kitab monumental "Al-Ihya 'Ulumiddin".

Ustadz Muhammad Al-Ghazali adalah seorang dai brilliant, memiliki semangat menggelora, keimanan mendalam, perasaan lembut, tekad membaja, lincah, ungkapan-ungkapan mensastra, terkesan, mengesankan, supel dan pemurah. Ini semua diketahui setiap orang yang pernah hidup bersamanya, menyertai dan bertemu dengannya.

Ia tidak suka memaksakan diri (takalluf), benci kesombongan dan sikap sok tahu, aktif mengikuti perkembangan sosial dengan segala persoalannya, ikut menyelesaikan problematika umat, mengungkap hakikat, dan mengingatkan umat tentang bencana yang ditimbulkan syaitan-syaitan manusia dan jin; baik dari Barat maupun dari Timur.

Beliau juga selalu memberi semangat kepada umat Islam untuk berjuang di jalan Allah, dan membela kaum lemah, menyadarkan mereka perihal konspirasi musuh-musuh Islam di dalam dan luar negeri, mengungkap rencana-rencana busuk mereka untuk memerangi Islam dan kaum muslimin, membongkar kebusukan Komunisme, Sekularisme, Freemasonry, Atheisme, Eksistensisme, Salibisme, dan Zionisme. Ia senantiasa mengingatkan umat tentang persekongkolan kekuatan-kekuatan jahat untuk melawan Islam dan dainya, serta menjelaskan cara melawan serangan kekuatan kufur.

“Syeikh Muhammad Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh Islam abad modern. Ia adalah dai yang sulit ditemukan tandingannya di dunia Islam saat ini. Ia jenius dan keindahan katanya menawan hati, hingga saya dapat menghafal beberapa ungkapan, bahkan beberapa lembar tulisannya, lalu mengulang teks aslinya di beberapa ceramah”. Demikian komentar DR. Yusuf Al-Qardhawi di bukunya As-Syaikh Al-Ghazali kama Araftuhu (Syaikh Al-Ghazali yang saya kenal).

Syeikh Muhammad Al-Ghazali lahir pada tanggal 22 September 1917, di kampung Naklal Inab, Ital Al-barud, Buhairah, Mesir. Di dibesarkan di keluarga agamis yang sibuk di dunia perdagangan. Ayahnya hafizh Al-Qur’an. Lalu sang anak tumbuh mengikuti jejak ayahandanya dan hafal Al-Qur’an semenjak usia sepuluh tahun.

Syeikh Muhammad Al-Ghazali menerima ilmu dari guru-guru di kampungnya. Ia masuk sekolah agama di Iskandariah dan menamatkan tingkat dasar hingga menengah atas (SMU). Kemudian pindah ke Kairo untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Ushuluddin dan mendapat ijazah pada tahun 1361/1943 M. ia mengambil spesialisasi dakwah wal Irsyad dan mendapat gelar Megister tahun 1362/1943. Para guru yang paling berpengaruh padanya saat studi ialah Syaikh Abdul Aziz Bilal, Syaikh Ibrahim Al-Gharbawi, Syaikh Abdul Azhim Az-Zarqani dan lain-lain.

Syeikh Muhammad Al-Ghazali menikah saat masih kuliah di fakultas Ushuluddin dan dikaruniai sembilan orang anak.

Aktivitas syeikh Muhammad Al-Ghazali

Setelah menyelesaikan studi, syeikh Muhammad Al-Ghazali menjadi imam dan khatib di masjid Al-Atabah Al-Khadra. Setelah itu ia mendapat banyak jabatan yang secara berurutan sebagai berikut; dewan pengawas masjid, dewan penasihat Al-Azhar, wakil dewan urusan masjid, direktur urusan masjid, direktur pelatihan, direktur dakwah wal irsyad.

Tahun 1949 syaikh Muhammad Al-Ghazali mendekam di penjara Ath-Thur selama satu tahun dan penjara Tharah tahun 1965 selama beberapa waktu.

Syeikh Muhammad Al-Ghazali menjadi dosen tamu di universitas Ummul Qura, Mekah Al-Mukarramah tahun 1971. Tahun 1981 ia ditunjuk sebagai wakil menteri, kemudian memegang jabatan ketua dewan keilmuan universitas Al-Amir Abdul Qadir Al-Jazairi Al-Islamiyah.

Awal perkenalan syeikh Muhammad Al-Ghazali dengan imam Hasan Al-Banna

Awal interaksi syeikh Muhammad Al-Ghazali dengan imam Syahid Hasan Al-Banna dikisahkan oleh ustadz Muhammad Majdzub di bukunya ulama wa mufakkirun araftuhum. Ustadz madzub mengutip ucapan Al-Ghazali: “…perkenalan itu bermula saat saya belajar di sekolah menengah (SMU) Iskandariah. Saat itu, saya punya kebiasaan menetap di Masjid Abdurrahman bin Harmuz, daerah Ra’sut tiin selepas shalat Maghrib, untuk mengulang pelajaran. Pada suatu sore, imam Al-Banna menyampaikan nasihat singkat tentang penjelasan: “Bertaqwalah kepada Allah dimana saja ikutilah setiap perbuatan buruk dengan perbuatan baik, tentu yang baik akan menghapusnya..” kata-katanya sangat berkesan dan langsung menembus ke hati yang paling dalam. Setelah mendengar nasihat itu, hatiku tertambat kepadanya. Saya tertarik kepada sosok dan pribadinya. Sejak itu, hubunganku dengannya terjalin erat. Saya senantiasa bersamanya selepas shalat Isya, di majelis yang terdiri dari tokoh-tokoh dakwah. Selanjutnya, saya meneruskan aktivitas dalam perjuangan Islam bersama dai besar ini, hingga ia syahid tahun 1949.

Pada mukadimah buku dusturul wihdah ats-tsaqafiyah lil muslimin, Muhammad Al-Ghazali berkata:”Inspirasi dan tema buku ini berasal dari Imam Hasan Al-Banna; pembaharu abad XIV hijriyah. Ia telah meletakkan prinsip yang dapat menyatukan umat, memperjelas tujuan yang samar, mengembalikan kaum muslimin kepada Al-Qur’an dan As-sunnah, serta menyingkirkan penyimpangan dan sikap santai, dengan halus dan cermat, sehingga kelemahan dan kemalasan tidak terjadi”.

Tentang mursyid am kedua Ikhwanul Muslimin, ustadz Hasan Al-Hudaibi, Muhammad Al-Ghazali menyatakan: “..Sebenarnya ia tidak pernah berupaya untuk memimpin Ikhwanul Muslimi, tetapi ikhwanlah yang minta ia menjadi pimpinan. Ketegasan dan ketegarannya berhak untuk diketahui semua orang. Ia tidak pernah berkeluh kesah atau mundur karena musibah atau ujian. Sampai usia senja ia tetap memiliki keimanan mendalam dan optimisme tinggi. Tidaklah salah bila dikatakan bahwa kesabaran yang mengokohkan imannya itu menjadikannya lebih mulia dalam pandangan saya. Musibah yang menimpa diri dan keluarganya secara bertubi-tubi tidak mengikis sifat jujurnya dalam menghukumi masalah. Bahkan, tidak membuatnya surut dari manhaj jamaah Islamiyah, malah sebaliknya. Saya menemuinya setelah berbagai musibah berlalu untuk memperbaiki hubungan dengannya”.

Komentar orang tentang syeikh Muhammad Al-Ghazali

Satu hal yang membanggakan syeikh Muhammad Al-Ghazali ialah saat menerima surat dari imam Al-Banna, padahal ia masih muda belia tahun 1945. Surat imam Al-Banna berbunyi:

“Saudaraku yang mulia, syeikh Muhammad Al-Ghazali…

Assalamu’alaiku warahmatullahi wabarakatuh.

Saya sudah membaca makalah Anda yang bertema Al-Ikhwanul Muslimin wal Ahzab di edisi akhir majalah Ikhwanul muslimin. Saya sangat kagum dengan ungkapan makalah tersebut yang ringkas, maknanya yang cermat, dan adabnya yang sopan. Seperti inilah hendaknya kalian menulis, wahai Ikhwan! Menulislah dengan dukungan hati yang tulus. Semoga Allah Ta’ala selalu bersamamu.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hasan Al-Banna.

DR. Abdus Shabur Syahin berkata: “Yang saya tulis ini adalah penghormatan bagiku, sebelum menjadi pengantar buku. Sebab, buku yang disampulnya tertulis nama ustadz Muhammad Al-Ghazali tidak lagi membutuhkan pengantar. Menurutku, ia meraih mahkota ilmu yang melimpah. Dunia telah membaca bukunya tentang Islam dan dakwah. Juga menerima karya yang belum pernah diterima dari seorangpun yang sezaman dengannya. Kita dapat mengatakan, zaman kita sekarang ini milik ustadz Muhammad Al-Ghazali.

Syeikh Al-Azhar Abdul Halim Mahmud mengakui kemuliaan dan membanggakan syeikh Muhammad Al-Ghazali dengan mengatakan: “Kita punya Muhammad Al-Ghazali yang masih hidup dan Muhammad Al-Ghazali penyusun kitab Al-Ihya”. (Yakni Muhammad Al-Ghazali dan Imam Al-Ghazali penyusun kitab Ihya Ulumuddin).

Aktivis muda Islam memperoleh manfaat dari ilmu, keberanian, keterusterangan, kejujuran dan kejelasan sikap syeikh Muhammad Al-Ghazali.

Ia punya kader di Al-Azhar Mesir, Ummul Qura di Mekah Al-Mukarramah, Fakultas syariah di Qatar, Universitas Al-Amir Abdul Qadir lil ulum Al-Islamiyah Al-Jazair, dan kader lain yang terbina melalui khutbah, kajian, ceramah, seminar, buku, makalah, pertemuan dan muktamar.

Kader syeikh Muhammad Al-Ghazali yang mencapai ribuan di penjuru dunia Islam setia pada dakwah Islam, mengibarkan bendera Islam bersama syeikh mereka dan menyebar ke berbagai penjuru untuk menyampaikan ajaran Islam, menuntun umat kepada kebaikan, keberuntungan dan kemenangan.

Di antara murid Muhammad Al-Ghazali ada yang menjadi ulama besar, antara lain Prof. DR. Yusuf Al-Qardhawi, syeikh Manna Al-Qattan, DR. Ahmad Assal dan lain-lainnya.

Karya-karya ilmiah syeikh Muhammad Al-Ghazali

Syeikh Muhammad Al-Ghazali mewariskan enam puluh buku lebih dalam berbagai tema, plus ceramah, seminar, khutbah, nasihat, kajian dan dialog yang disampaikan di Mesir maupun di luar Mesir. Khutbah yang ia sampaikan di jami’ Al-Azhar, Amr bin Al-Ash, dan khutbah Ied di lapangan Abidin serta jami’ Mahmud punya arti dan pengaruh sangat besar, sebab dihadiri ribuan pendengar.

Diantara buah karya beliau adalah:

• Minhuna na’lam

• Al-Islam wal istibdadus siyasi

• Aqidatul muslim

• Fiqhus sirah

• Khuluqul muslim

• Laisa minal Islam. Dan lain-lainnya….

Sebagian besar buku-buku beliau telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain: bahasa Inggris, Turki, Perancis, Urdu, Indonesia dan lain sebagainya.

Mayoritas penerjemah adalah murid-murid syeikh Muhammad Al-Ghazali, pengagum dan orang-orang yang mendapat manfaat dari curahan ilmunya.

Sifat-sifat syeikh Muhammad Al-Ghazali

DR. Yusuf Al-Qardhawi berkata: “Mungkin Anda berbeda pandangan dengan Al-Ghazali, atau ia berbeda pendapat dengan Anda dalam masalah-masalah kecil maupun besar, sedikit atau banyak masalah. Tapi, apabila Anda mengenalnya dengan baik, Anda pasti mencintai dan menghormatinya. Karena Anda tahu keikhlasan dan ketundukannya kepada kebenaran, keistiqamahan orientasi dan ghirah nya yang murni untuk Islam.

Memang, Muhammad Al-Ghazali temperamental. Kemarahannya meluap seperti ombak lautan yang menghanyutkan, atau seperti letusan gunung berapi yang meluluhlantakkan. Ia seperti itu karena benci kezhaliman dan kehinaan, baik pada dirinya atau orang lain, tidak suka berlaku zhalim atau dizhalimi, anti merendahkan kehormatan siapa pun dan direndahkan siapa pun, serta tidak menyukai penyimpangan, terutama bila berkedok agama. Ia akan memerangi itu semua dengan sembunyi maupun terang-terangan. Ia berani saat menyerang hal-hal yang diyakininya keliru dan pemberani saat mengakui kekeliruannya.

Pulang ke Rahmatullah

Syeikh Muhammad Al-Ghazali wafat di Riyadh, Arab Saudi, tanggal 9 Maret 1996. Jenazahnya dipindah ke Madinah Al-Munawarah untuk di makamkan di Al-Baqi’. Yang mulia Amir Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud memiliki peran penting dalam memberikan penghargaan kepada Al-Ghazali, baik saat masih hidup maupun setelah meninggal. Juga memberikan bantuan kepada keluarganya.

Semoga Allah ta’ala merahmati syeikh Muhammad Al-Ghazali, memberi balasan yang baik karena jasa-jasanya kepada kaum muslimin. Semoga Allah mengumpulkan kita dan dia bersama para nabi, shiddiqin dan para syuhada dan shalihin. Mereka adalah sebaik-baik teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar